Serupa Tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Stop Loss dan Cut Loss Saham
Mar 13, 2022 by admin
Stop loss dan cut loss saham merupakan upaya investor ataupun trader dalam meminimalkan kerugian. Keduanya sama-sama dilakukan dengan menjual rugi saat harga saham jatuh di bawah harga belinya.
\n\n
Walaupun disebut merealisasikan kerugian, kedua strategi ini merupakan cara investasi dan trading saham yang lazim diterapkan mereka yang lama melantai di bursa saham.
\n\n
Lantas jika tujuannya sama, apa yang membedakan stop loss dengan cut loss? Mengapa harus menjual rugi kalau umumnya saham yang anjlok akan kembali pulih?
\nMeski serupa, ada perbedaan mencolok dari cut loss dengan stop loss.
\n\n
Cut loss (atau memotong kerugian) menandakan segala aksi jual supaya kerugian tidak menjadi semakin parah. Investor atau trader yang menerapkan cut loss bisa melakukannya secara manual begitu melihat tanda-tanda saham terus turun. Disisi lain, mereka dapat melakukannya secara otomatis dengan memasang stop loss.
\n\n
Stop loss adalah order atau perintah yang diberikan kepada broker untuk melaksanakan cut loss lewat sistem aplikasi. Proses jual rugi akan terpicu segera begitu harga saham jatuh di titik yang telah ditentukan, tanpa konfirmasi lagi dari pihak yang memasangnya. Walau begitu, eksekusi stop loss baru bisa terjadi di harga jatuh selanjutnya.
\n\n
Jadi, perbedaan keduanya terletak pada bagaimana eksekusi menjual rugi dilakukan. Keputusan mengaplikasikan order stop loss atau cut loss tergantung lagi pada kamu. Sebab, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri.
\nPada dasarnya, cut loss dan stop loss diimplementasikan agar investor dan trader mampu disiplin dalam transaksi yang dilakukannya. Keduanya juga penting agar trader menghindari keterlibatan emosi dalam membuat keputusan jual. Hal ini ditekankan pada trader karena mereka punya intensitas menjual dan membeli yang lebih banyak sehingga mental dan strategi mereka diuji secara konstan.
\n\n
Investor atau trader yang tidak memasang stop loss mungkin melewatkan momen harga saham yang terjun bebas. Pada akhirnya, mereka harus kecewa karena menjual rugi di harga yang jauh dari yang mereka relakan. Hal ini khususnya berlaku bagi investor dan position trader yang tidak mengamati sahamnya secara berkala.
\n\n
Di sisi lain, kelebihan cut loss mungkin bisa disandingkan dengan kelemahan stop loss itu sendiri. Dalam kondisi saham yang merosot tajam, eksekusi stop loss malah baru aktif pada jarak yang jauh dari harga yang sudah ditentukan.
\n\n
Misalnya, kamu membeli saham Rp250.000 dan memasang stop loss di harga Rp200.000. Saat bursa sedang getir dan pergerakan turun begitu cepat, order ini pun baru bisa menjual di harga Rp100.000.
\n\n
Stop loss juga dapat memicu eksekusi yang salah ketika koreksi saham, tepatnya begitu saham kembali naik setelah sempat jatuh di bawah titik yang ditentukan. Tentunya kamu akan merasa rugi jika tahu saham yang kamu jual lewat order ini ternyata naik setelahnya.
\nInvestor mungkin terlihat tidak memerlukan cut loss karena mereka tidak menjual saham sesering trader. Di samping itu, keyakinan bahwa bursa akan selalu pulih menjadikan order stop loss tidak terlalu diperlukan.
\n\n
Namun, ada beberapa alasan atau keadaan yang membuat eksekusi jual rugi sangat perlu dilakukan bagi investor sekaligus trader. Berikut beberapa di antaranya.
\nTren naiknya harga saham pada satu titik akan mendorong trader untuk melakukan aksi jual. Trader yang baru mengikuti arus tren bisa saja terbawa harga jatuh sebelum sempat menjual di atas harga belinya.
\nTrader dan investor yang tidak disiplin pada strateginya rentan membuat keputusan subjektif. Keputusan ini tergolong bias karena ada unsur “berharap” pada pergerakan harga berbalik mengikuti keinginan trader.
\n\n
Penyangkalan karena tidak mau menerima rugi serta hilangnya ketertarikan terhadap saham yang dipegang kerap menjadi faktor yang justru memperburuk kerugian itu sendiri.
\nFenomena saham yang jatuh lalu pulih kembali tidak berlaku bagi emiten yang kinerjanya semakin buruk hingga dinyatakan bankrut. IHSG yang turun juga menandakan lemahnya permintaan di bursa sehingga sahammu berpeluang bearish.
\n\n
Dalam momen ini, investor dan trader tentu perlu bertindak segera sebelum kesulitan menjual sahamnya yang kian jatuh.
\nTitik harga jual dalam stop loss atau cut loss saham tidak bisa sembarangan kamu tentukan. Bila jaraknya terlalu jauh dari harga beli, kamu akan diimbas kerugian lebih dari yang bisa kamu terima. Andaikan terlalu dekat dengan harga beli, order stop loss akan mudah memicu eksekusi yang tidak diinginkan.
\n\n
Karenanya, jual rugi ini perlu diikuti oleh strategi yang matang sehingga kamu punya rencana keluar yang rapi. Berikut beberapa cara menentukan kapan harus melakukannya.
\n\n
\n
Selama keputusan transaksimu diikat oleh strategi yang terbukti bekerja baik, jangan ragu dan sedih ketika kamu harus mengeksekusi jual rugi. Sebab, stop order dan cut loss saham merupakan bagian dari cara investasi saham yang memungkinan investor dan trader untuk mempertahankan imbal hasil maupun modalnya dalam jangka panjang.
\n\n
Manfaatkan aplikasi RHBTRADESMARTID yang dilengkapi berbagai fitur untuk memudahkan aktivitas trading saham di mana saja dan kapan saja. Unduh aplikasi RHB Tradesmart di Play Store dan App Store sekarang.
Artikel Terbaru
Share On:
RHB Smart Talk
Tonton pembahasan menarik mulai dari ide trading, analisa fundamental, dan analisa teknikal untuk emiten saham pilihan
Setiap hari Senin-Jumat jam 8.45 pagi bersama tim riset RHB Sekuritas
Raih #MomentSmart bersama RHB Sekuritas
Trading saham lebih smart dengan mudah dan cepat bersama fitur ARO
Download